Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Sejarah Heroik, King Sulaiman Al qanuni

Kisah Sulaiman Al Qonuni adalah permisalan paling jelas tentang usaha pemalsuan sejarah guna menutupi keagungan sejarah umat islam, yang merangkum kisah hidup manuasia mulia yang tiada duanya. Setelah pertemuan Erdogan dengan presiden Perancis, kelompok sekuler Turki mengeluarkan serial film yang menyudutkan Sultan Sulaiman Al Qonuni. Menggambarkan sebagai seorang penggila waita dan harta dalam edisi Turki, serial ini berjudul “Al Qarnul Adzim” ada beberapa stasiun TV arab yang juga menayangkan serial ini dan merubah judulnya menjadi “Hariim As Sulthan” (permaisuri sultan), bahkan di Indonesia pun telah tayang di TV swasta. Untuk semakin memperburuk citra Sultan yang mulia ini. Namun masalahnya bukanlah pada produksi serial ini maupun penayangannya, masalahnya adalaha pada siapa yang selalu mengikuti serial ini. Padahal ia dihormati oleh musuhnya sebelum pengikutnya. Yang mengejutkan, dalam sastra Barat, ia tidak dijuluki “Al Qonuni” melainkan, Sulaiman yang Agung, Suleiman The Magn

Mohacs,, Perang Paling Dramatis, 22 Koalisi Melawan Utsmani

Kisah ini dimulai setelah pengangkatan Sulaiman Al Qonuni untuk memegang tanggung jawab Khalifah. Saat itu raja Hungaria menolak mambayar Jizya sebagaimana ia membeyarkannya di zaman Sultan Salim I, ia mengira sedang menghadapi seorang Khalifah muda yang tidak memiliki kekuatan seperti ayahnya, bahkan ia berani membunuh utusan Sulaiman Al Qonuni. Dan umur Sulaiman saat itu baru 26 tahun. Saat itu juga, khalifah Turki Utsmani mengumumkan perang atas Hungaria, dan Sulaiman Al Qonuni memilih untuk memimpin sendiri pasukan Islamnya menuju Hungaria. Dan dalam perjalanannya ia berhasil menakhlukkan benteng Belgard yang kokoh. Seperti yang kita sebutkan di episode lalu, penakhlukan itu bertepatan dengan hari Raya Idul Fitri. Setelah itu Sulaiman langsung bergerak kea arah utara menuju ibu kota Hungaria, maka pasukan Salib sadar bahwa mereka sedang menghadapi seorang lelaki yang begitu kuat yang akan menghancurkan singgasana mereka. Dalam keadaan genting itu, Paus Clement VII memanggil