Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Setiap manusia lahir dalam keadaan Suci dan
menjadi Anugerah tesendiri bagai Kedua Orang Tuanya dan sebuah Ujian Pula dalam
sebuah Perintah Agama, Namun dilain Waktu ketika orang itu tumbuh dewasa , Ia
akan menjadi pribadi yang baik bahkan melindungi Agamanya ,Namun Bisa saja
Merugikan Orang lain dan lebh Parah nya lagi Ia akan menjadi penghancur
Agamanya sendiri demi sebuah keduniaan, Oleh Karena itu kita Dianjurkan untuk
mendidik dan menancapkan Nilai Tauhid yang benar kpd Anak2 kita,
Tak bisa dipungkiri bahwa kehidupan dunia dihiasi oleh
keindahan dan kenikmatan (syahwat). Semuanya dijadikan indah pada pandangan
manusia, sehingga setiap orang mempunyai kecondongan kepadanya sesuai dengan
kadar syahwat yang menguasainya.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan sesungguhnya di sisi
Allah Subhanahu wata’ala lah tempat kembali yang baik (al-Jannah).
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ
النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
segala apa yang diingini (syahwat), yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (al-Jannah).” (Ali Imran: 14)
Namun, betapa pun menyenangkan kehidupan dunia itu, sungguh
ia adalah kehidupan yang fana. Semuanya bersifat sementara. Tiada makhluk yang
hidup padanya melainkan akan meninggalkannya. Tiada pula harta yang
ditimbun melainkan akan berpisah dengan pemiliknya. Keindahan dunia yang
memesona dan kenikmatannya yang menyenangkan itu pasti sirna di kala
Allah Subhanahu wata’alamenghendakinya. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman,
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ
وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ
وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ
مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ
وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ
الْغُرُورِ
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah diantara
kalian serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan
yang tanam tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur, dan diakhirat
(nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (al-Hadid: 20)
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ
أَنزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ
النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا
وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا
أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَن لَّمْ تَغْنَ
بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniaw itu adalah
seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah
tanam-tanaman bumi dengan suburnya karena air itu, diantaranya ada yang dimakan
manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna
keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira
bahwa mereka pasti menguasainya (dapat memetik hasilnya), tiba-tiba datanglah
kepadanya azab Kami diwaktu malam atau siang, lalu Kami jadikan
(tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum
pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan
(Kami) kepada orang-orang yang berpikir.” (Yunus: 24)
Sudah sepatutnya setiap pribadi muslim memahami hakikat
kehidupan dunia, agar tidak salah jalan dalam menempuhnya. Lebih-lebih, dunia bukanlah
akhir seorang hamba dalam menuju Rabb-nya. Masih ada dua fase kehidupan
berikutnya: kehidupan di alam kubur (barzakh) dan kehidupan di alam akhirat.
Di alam kubur (barzakh), setiap orang akan mendapatkan
nikmat kubur atau azab kubur, sesuai dengan perhitungan amalnya di sisi
Allah Subhanahu wata’ala. Setelah itu, di alam akhirat, masing-masing akan
menghadap Allah Subhanahu wata’ala seorang diri,
mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan yang dikerjakannya selama hidup di
dunia, dan akan mendapatkan balasan yang setimpal (dari Allah Subhanahu
wata’ala) atas segala apa yang diperbuatnya itu.
Allah Subhanahu
wata’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ
رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ
“Wahai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja (berbuat)
dengan penuh kesungguhan menuju Rabbmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya (untuk
mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang dilakukan).” (al-Insyiqaq: 6)
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah(semut kecil)
pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan
kejelekan seberat zarrah (semut kecil) pun, niscaya dia akan melihat
balasannya.” (az-Zalzalah: 7-8)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Setiap manusia lahir dalam keadaan Suci dan
menjadi Anugerah tesendiri bagai Kedua Orang Tuanya dan sebuah Ujian Pula dalam
sebuah Perintah Agama, Namun dilain Waktu ketika orang itu tumbuh dewasa , Ia
akan menjadi pribadi yang baik bahkan melindungi Agamanya ,Namun Bisa saja
Merugikan Orang lain dan lebh Parah nya lagi Ia akan menjadi penghancur
Agamanya sendiri demi sebuah keduniaan, Oleh Karena itu kita Dianjurkan untuk
mendidik dan menancapkan Nilai Tauhid yang benar kpd Anak2 kita,
Tak bisa dipungkiri bahwa kehidupan dunia dihiasi oleh
keindahan dan kenikmatan (syahwat). Semuanya dijadikan indah pada pandangan
manusia, sehingga setiap orang mempunyai kecondongan kepadanya sesuai dengan
kadar syahwat yang menguasainya.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan sesungguhnya di sisi
Allah Subhanahu wata’ala lah tempat kembali yang baik (al-Jannah).
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ
النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
segala apa yang diingini (syahwat), yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (al-Jannah).” (Ali Imran: 14)
Namun, betapa pun menyenangkan kehidupan dunia itu, sungguh
ia adalah kehidupan yang fana. Semuanya bersifat sementara. Tiada makhluk yang
hidup padanya melainkan akan meninggalkannya. Tiada pula harta yang
ditimbun melainkan akan berpisah dengan pemiliknya. Keindahan dunia yang
memesona dan kenikmatannya yang menyenangkan itu pasti sirna di kala
Allah Subhanahu wata’alamenghendakinya. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman,
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ
وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ
وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ
مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ
وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ
الْغُرُورِ
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah diantara
kalian serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan
yang tanam tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur, dan diakhirat
(nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (al-Hadid: 20)
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ
أَنزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ
النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا
وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا
أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَن لَّمْ تَغْنَ
بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniaw itu adalah
seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah
tanam-tanaman bumi dengan suburnya karena air itu, diantaranya ada yang dimakan
manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna
keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira
bahwa mereka pasti menguasainya (dapat memetik hasilnya), tiba-tiba datanglah
kepadanya azab Kami diwaktu malam atau siang, lalu Kami jadikan
(tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum
pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan
(Kami) kepada orang-orang yang berpikir.” (Yunus: 24)
Sudah sepatutnya setiap pribadi muslim memahami hakikat
kehidupan dunia, agar tidak salah jalan dalam menempuhnya. Lebih-lebih, dunia bukanlah
akhir seorang hamba dalam menuju Rabb-nya. Masih ada dua fase kehidupan
berikutnya: kehidupan di alam kubur (barzakh) dan kehidupan di alam akhirat.
Di alam kubur (barzakh), setiap orang akan mendapatkan
nikmat kubur atau azab kubur, sesuai dengan perhitungan amalnya di sisi
Allah Subhanahu wata’ala. Setelah itu, di alam akhirat, masing-masing akan
menghadap Allah Subhanahu wata’ala seorang diri,
mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan yang dikerjakannya selama hidup di
dunia, dan akan mendapatkan balasan yang setimpal (dari Allah Subhanahu
wata’ala) atas segala apa yang diperbuatnya itu.
Allah Subhanahu
wata’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ
رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ
“Wahai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja (berbuat)
dengan penuh kesungguhan menuju Rabbmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya (untuk
mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang dilakukan).” (al-Insyiqaq: 6)
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah(semut kecil)
pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan
kejelekan seberat zarrah (semut kecil) pun, niscaya dia akan melihat
balasannya.” (az-Zalzalah: 7-8)
Komentar
Posting Komentar